Wednesday, September 8, 2010

Kita Diciptakan Tidak Sia-Sia

Khutbah Pertama


Ummatal Islam [Ummat Islam sekalian], senantiasa kita memanjtakan puji dan syukur kepada Alloh atas limpahan karunia yang Alloh berikan kapada kita, terutama nikmat Islam dan nikmat iman, demikian pula nikmat diutuskan kepada kita rosul dan diturunkan kepada kita kitab alqur’an alkarim.

Sessungguhnya ummatal islam, kewajiban seorang hamba di dalam kehidupan dunia ini untuk memahami bahwa dia adalah hamba Alloh yang berkwajiban untuk melakasananakn perintah dan larangannya. Alloh rabbul ‘alamin tidaklah menciptakan manusia di dunia ini sia-sia.

أَيَحْسَبُ الْإِنسَانُ أَن يُتْرَكَ سُدًى

Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan suda, [artinya tidak diperintah dan tidak diberikan larangan]? (Al-Qiyamah : 36)

Ini mustahil yaa akhi [wahai saudaraku].. karena sesungguhnya Alloh rabbul ‘alamin disucikan dari sifat kesia-siaan. makanya Alloh memuji diriNya dalam surah alfatihah,

الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Alloh, Tuhan semesta alam (Alfatihah : 1)

makanya Alloh memuji diriNya ketika Alloh menciptakan langit dan bumi.

الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang (Al-An’am : 1)

Pujian kepada diriNya yang mengandung pensucian dari kesia-siaan. Artinya, tidak mungkin Alloh menciptakan langit dan bumi ni dengan sia-sia.

Ketika Alloh mengabarkan bahwa Alloh Subhanahu Wa Ta’ala membalas orang-orang beriman dengan surgaNya dan membalas orang-orang kuffar dengan nerakaNya dan Alloh mengabarkan dalam surat Az-zumar, bahwa ketika penduduk surga telah masuk ke dalam surga demikian pula penduduk neraka telah masuk ke dalam neraka. Alloh memuji akan semua penciptaan-penciptaan Alloh dan fase-fase yang telah dilalui manusia,

وَتَرَى الْمَلَائِكَةَ حَافِّينَ مِنْ حَوْلِ الْعَرْشِ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَقِيلَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-mmlaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya. dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”. (Az Zumar : 75)

Maka pujian yang Alloh puji diriNya dalam rangka -yaa akhol islam [saudara-saudaraku kaum muslimin]- mensucikan diriNya dari sifat-sifat yang kurang.

Makanya Alloh memberikan keselamatan kepada para rosul, karena mereka mensifati Alloh dengan sifat yang sempurna,

وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. (Ash-Shaaffaat : 181-182)

Maka akhol islam a’azzaniyalloh wa iyyakum [saudaraku, semoga Alloh memuliakan kita].. ketika Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mensucikan diriNya dengan memuji diriNya itu menunjukkan tidak mungkin Alloh menciptakan manusia sia-sia di dunia ini. Makanya Alloh berfirman,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab (orang-orang yang berakal), (Ali Imron : 190)
Siapa mereka..?, kata Alloh,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَىَ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi.. (Ali Imron : 191)

Mereka berfikir, itu meunjukkan yaa akhi [wahai saudaraku], bahwa orang yang beriman menggunakan akal fikirannya, dalam rangka apa?

Kepada sebuah hasil yang agung.. Mereka berucap

رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذا بَاطِلاً سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imron : 191)

Ssebuah ayat yang agung ayyuhal ikhwah [wahai saudaraku], ketika seorang hamba mengetahui bahwasanya hakikat penciptaan manusia tiada lain adalah dalam rangka menjalankan titah Alloh dan menjauhi larangannya, ia pun tahu ia pun sadar ia pun yakin bahwa ia akan kembali kepada Alloh rabbul alamain, makanya ucapan yang diucapkan oleh orang-orang yang sabar ketika mereka ditimpa musibah,

إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ

“Sesungguhnya kami adalah milik Alloh, dan sesungguhnya kepadanyalah kami akan dikembalikan”
Itulah ucapan orang-orang yang yakin akan kehdiupan akhirat, orang-orang yang mengetahui tentang hakikat kehidupan dunia. [Ia yakin] Bahwa ia di dunia tidak akan pernah selamanya, bahwa ia di dunia akan segera kembali kepada Alloh rabbul alamin, ia yakin akan firmanNya,

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. (Ali Imron : 185)

Itulah yaa akhol islam [Saudaraku se-Islam], tidak mungkin seorang hamba ketika ia hidup di dunia sia-sia, [lalu] setelah kematian tidak diberikan balasan tidak pula diberikan ganjaran dan pahala.
Pastilah Alloh akan tegakkan suatu hari, di mana Alloh akan membalas orang-orang yang berbuat zhalim, pastilah Alloh akan tegakkan suatu hari di mana Alloh akan memberikan pahala bagi orang-orang yang beriman.

Apakah kita mengira [bahwa] orang yang berbuat zhalim dibiarkan begitu saja oleh Alloh? Apakah kita mengira [bahwa] ketika kita sholat, kita zakat, kita puasa tidak akan diberikan pahala oleh Alloh?
Tidak, demi Alloh. Ia [hari kiamat] adalah hari yang berat, dimana hari itu orang-orang kafir berkata,

هَذَا يَوْمٌ عَسِرٌ


“Ini adalah hari yang berat” (Al-Qomar : 8)
Ummatal isalam [Wahai Ummat Islam],
Maka, karena kita hidup didunia bukan sia-sia, bukan untuk hanya bermain dan bersenda gurau -yang itu merupakan sifat dari kehidupan dunia- yang Alloh firmankan,

أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan (Al Hadiid : 20)
Karena sesungguhnya ayyuhal ikhwah [Saudaraku sekalian], kewajiban seorang hamba adalah untuk menghambakan dirinya kepada Alloh rabbul ‘alamin, untuk mengenal Alloh, untuk mencari kebahagiaan hatinya yang hakikatnya adalah nurani dan ruhaninya.

Sorang hamba difitrahkan oleh Alloh untuk mempertuhankanNya, ia senantiasa mencari rabb-nya, maka Alloh memperkenalkan diri melalui Al-Qur’an dan Sunnah tentang siapa rabbul ‘alamin yang berhak untuk disembah. Dia memperkenalkan diri dalam alqur’an, dalam ayat kursi misalnya, Alloh memperkenalkan diriNya

اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ…

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…” (Al Baqoroh : 255)

dalam surat al ikhlas misalnya, Alloh memeperkenalkan diriNya

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ

Katakanlah: “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (Al Ikhlas : 1-4)

Itulah, ketika seorang hamba semakin mengenal Alloh, semakin mengetahui siapa rabb-nya, maka pada waktu itu hatinya bercahaya, dia rindu.. dia rindu untuk senantiasa mengenal Alloh, dia rindu ingin senantiasa mempelajari ayat-ayat Alloh,dia ingin berusaha untuk mengenal dan mendekatkan dirinya kepada Rabb-nya.

Akhol Islam a’azzaniyallohu wa iyyakum.. [Saudara-saudara kaum muslimin, semoga Alloh memuliakan kita]
Maka kebahagiaan yang paling agung, [adalah] ketika seorang hamba diberikan hidayah kepada iman dan islam, hidayah yang paling agung [adalah] ketika seorang hamba diberikan oleh Alloh taufiq untuk senantiasa mempelajari ayat-ayat dan hadits-hadits nabi -Shollallohu ‘alaihi wa sallam-.
bukankah rasul kita bersabda yaa akhi [wahai saudaraku]..

من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين

“Barangsiapa yang diinginkan kebaikan pada dirinya oleh Alloh, maka dia akan dijadikan paham dalam agama”

Ummatal islam [Ummat Islam], hendaknya kita mengetahui tentang hakikat kehidupan dunia ini, ia adalah sesuatu yang akan berlalu. Rosul kita -Shollallohu ‘alaihi wa sallam- memberikan permisalan tentang kehidupan [kita] di dunia, bagaikan seorang musafir yang berjalan jauh lalu ia kemudian singgah duduk di bawah sebuah pohon yang rindang. Untuk sementara ia duduk disitu lalu kemudian ia akan pergi meninggalkan pohon itu.

Damikian pula kita, janganlah kita sangka bahwa kita akna hidup di dunia ini seribu tahun lagi. Tidak, Demi Alloh. Janganlah kita sangka bahwa ajal tidak akan menjemput kita yaa akhi..

Maka ini adalah peringatan yang Alloh Subhanahu Wa Ta’ala ingatkan kepada hamba-hambaNya agar mereka mau kembali kepada Alloh, agar mereka senantiasa tenang dengan dzikir kepada Alloh, karena dunia ini yaa akhi.. seluruhnya terlaknat. Rasululloh -Shollallohu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
“Dunia itu terlaknat, dan terlaknat pula apa yang ada di dalamnya. Kecuali, berdzikir kepada Alloh dan mengerjakan apa yang dicintaiNya, dan Orang yang berilmu [tentang agama Alloh] dan orang yang mempelajari ilmu [agama Alloh]”

Rasululloh -Shollallohu ‘alaihi wa sallam- hanya menyebutkan dari kalangan manusia dua [golongan] saja [yaitu], orang yang berilmu atau orang yang menuntut ilmu.

Jangan sampai yaa akhi kita menjadi orang yang ketiga, orang yang tidak berilmu, tidak pula mau untuk menuntut ilmu Alloh, tidak peduli tentang kehidupannya, tidak peduli tentang agamanya, tidak perduli tentang akhiratnya, yang dia inginkan hanyalah kepuasan dan kepuasan hawa nafsunya. Kita berlindung kepada Alloh dari menjadi orang yang seperti itu.

Maka ummatal islam, Alloh berfirman

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (Adz Dzariyat : 55)

Khutbah Kedua


Ummatal islam, karena Alloh menciptakan manusia bukan dengan sia-sia maka Alloh persiapkan untuk mereka 3 alat [dari] panca idera. Yang pertama adalah matanya, yang kedua adalah telinganya dan yang ketiga adalah hati untuk memahami.

Alloh ta’ala mensifati penduduk neraka jahannam bahwa mereka tidak

menggunakan matanya untuk melihat ayat-ayat Alloh, Alloh menyebutkan bahwa mereka mempunyai telinga tapi tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Alloh, mereka mempunyai hati tapi tidak digunakan untuk memahami ayat-ayat Alloh, Alloh mengatakan

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيراً مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَـئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَـئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al A’rof : 179)

Maka yaa akhi, penglihatan kita, pendengaran kita, hati kita akan dimintai pertanggungjawaban oleh Alloh, Alloh berfirman

وَلاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولـئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Al Israa’ : 36)
Maka yaa akhi.. Alloh pun mengutus Rasululloh, Alloh menurunkan kitab suci Al-Qur’an. Dan Rosul kita bersabda,

“Ketahuilah, sesungguhnya telah diberikan kepadaku Al-Kitab (Al-Qur’an) dan yang semisal dengannya (As-Sunnah) bersamanya”

Alloh mengutus para rosul dalam rangka menegakkan hujjah kepada manusia, Alloh menurukan Al-Qur’an dan As-sunnah dalam rangka mengajarkan manusia dan membimbing mereka kepada jalan kebenaran, Alloh berfirman

الرَّحْمَنُ عَلَّمَ الْقُرْآنَ خَلَقَ الْإِنسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ
(Tuhan) Yang Maha Pemurah,Yang telah mengajarkan al Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (Ar-Rahmaan : 1-4)

Maka ayyuhal ikhwah, sesungguhnya kewajiban kita adalah mempelajari ayat-ayat Alloh itu.
Demi Alloh, di sana ada kebaikan buat kita. Demi Alloh, disana ada kemaslahatan buat kita. Demi Alloh, tidak akan merugi orang yang melaksanakan perintah Alloh. Demi Alloh, tidak akan pernah sengsara orang yang meninggalkan larangan-larangan Alloh. Alloh menginginkan kebaikan bagi hambaNya, tapi terkadang hamba tidak menginginkan kebaikan buat dirinya.

Maka adakah orang yang mau ingat tentang masalah ini?


No comments:

Post a Comment