Tuesday, March 29, 2011

Sifat, Etika dan Faedah Sholat Malam

malamAlloh ta'ala memerintahkan Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam untuk senantiasa melakukan sholat malam dalam Al-Quran dan juga menyanjung kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa sholat malam. Alloh tabaaroka wata'ala berfirman:

كَانُوا قَلِيلاً مِنْ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (17) وَبِالأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18)
"Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar" (QS Adz-Dzariat:17-18).

Berkata Ibnu Abbas Rhodiyallohu'anhu : "Tak ada satu malam pun yang terlewatkan oleh mereka melainkan mereka melakukan sholat walaupun beberapa roka'at saja" (Tafsir At-Thobari 8/197).

Dan Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam dalam sunah-sunahnya yang sahih banyak menjelaskan keutamaan sholat malam. Di antara sunah-sunah tersebut adalah:

"Sholat yang paling utama stetelah sholat wajib adalah sholat malam" (HR. Muslim 1163)

Mengingat keutamaannya yang begitu besar, maka kali ini kita akan membahas beberapa hal terkait dengan sholat malam, dengan harapan agar dapat menggugah semangat kita dalam melakukannya dan menjadi lentera penerang yang menyinari amalan yang mulia tersebut sehingga sesuai dengan tuntunan Alloh dan Rosul-Nya.

Hukum Sholat Malam

Sholat malam hukumnya sunnah Muakkadah (Sunnah yang sangat ditekankan pelaksanaannya), berdasarkan Al-Quran dan Assunnah.

Alloh ta'ala berfirman:

وَمِنْ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَاماً مَحْمُوداً

"Dan pada sebagian malam, sholat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Rob-mu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS Al-Isro':79).
Dan Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda:

"Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, sambunglah tali silaturahim dan sholatlah dimalam hari saat manusia tertidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat." (HR At-Tirmidzi 2485).

Waktu Sholat Malam

Waktu sholat malam dimulai setelah selesai melakukan sholat Isya dan sunnah ba'da Isya dan berakhir dengan terbitnya fajar.

Nabi Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda: "Sholat malam itu dikerjakan dua roka'at dua rokaat. Jika salah seorang di antara kalian khawatir waktu subuh tiba, maka sholatlah satu roka'at untuk menutup sholat yang telah dikerjakan" (HR Abu Dawud 1316).

Dalam riwayat lain, Aisyah Radhiyallohu'anha berkata: Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat sehabis Isya sampai terbit fajar sebanyak sebelas roka'at. Beliau salam pada setiap dua roka'at dan melakukan witir satu roka'at". (HR Muslim 738).

Dan waktu yang paling utama adalah sepertiga malam terakhir, di saat Alloh ta'aala turun ke langit dunia.

Tata Cara Sholat Malam

Tata cara sholat malam Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam yang disebutkan Ibnul Qoyyim Rahimahullahuta'ala dalam Zadul Ma'ad adalah:

1. Nabi Sholallohu'alaihi wasallam bangun pada malam hari lalu melakukan sholat dua rokaat dengan memperlama berdiri, ruku' dan sujud. Kemudian beliau tidur hingga mendengkur. Kemudian beliau melakukan itu dengan sebanyak tiga kali dengan enam roka'at, pada tiap kalinya beliau bersiwak dan berwudhu lalu membaca sepuluh ayat terakhir surat Ali-Imron. Lalu beliau melakukan sholat witir tiga roka'at. Kemudian muadzin adzan dan beliau keluar untuk melakukan sholat subuh (HR Muslim 763).

2. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam memulai sholat malam dengan dua roka'at pendek, lalu melanjutkannya dengan sebelas roka'at. Pada setiap dua roka'at beliau salam dan menutupnya dengan witir satu roka'at.

3. Beliau Sholallohu'alaihi wasallam sholat tiga belas roka'at seperti cara kedua.

4. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat malam sebanyak delapan roka'at dengan salam pada setiap dua roka'at, lalu sholat witir sebanyak lima roka'at sekaligus tanpa duduk, kecuali pada rokaat terakhir" (HR Muslim 763).

5. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat malam sebanyak Sembilan rokaat dengan melakukannya secara bersambung. Beliau tidak duduk tasyahud awal kecuali pada rokaat ke delapan, lalu berdiri menuju roka'at ke Sembilan, lalu duduk tasyahud dan salam. Setelah salam beliau sholat dua roka'at dengan duduk (HR Muslim 746).

6. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat malam sebanyak tujuh roka'at dengan melakukannya secara bersambung. Beliau tidak duduk tasyahud awal kecuali pada roka'at keenam, lalu berdiri menuju roka'at ke tujuh, lalu duduk tasyahud dan salam. Stelah salam beliau sholat dua roka'at dengan duduk". (HR Muslim 746).

7. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat malam dua roka'at dua roka'at, lalu beliau melakukan sholat witir secara bersambung sebanyak tiga roka'at tanpa dipisahkan dengan salam. Imam Ahmad Rohimahulloh menyebutkan dari ibunda Aisyah Radhuyallohu'anha bahwa Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam melakukan sholat witir tiga roka'at tanpa dipisahkan di antara roka'at-rokaat tersebut. (HR Ahmad dalam Musnadnya 24697). Lihat Zadul Ma'ad I/317-321).

Diantara tata cara sholat malam yang dituntunkan Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam adalah berdiri lama dalam sholat. Dari Ibnu Mas'ud Radhuyallohu'anhu ia berkata "Aku sholat bersama Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam lalu beliau memperlama berdirinya hingga aku ingin berbuat buruk. Ia ditanya apa yang akan kamu lakukan?' Ia menjawab: 'aku ingin duduk dan meninggalkan nabi'" (HR Bukhari bab Thuulul Qiyam fi sholatil lail 1135).

Dan di antara cara-cara yang dituntunkan Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam adalah:
  1. Sholat dengan berdiri, dan ini yang sering beliau lakukan.
  2. Sholat dalam keadaan duduk dan ruku' dalam keadaan duduk pula.
  3. Membaca Surat Al-Quran dalam keadaan duduk, lalau apabila tersisa sedikit bacaannya, beliau berdiri lalu ruku' dalam keadaan berdiri.
Berkata Ibnul Qoyyim Rahimahullahuta'ala : "Ketiga tata cara ini bersumber secara sahih dari Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam.( Lihat Zadul Ma'ad I/321).

Beberapa Etika Sholat Malam

1. Berniat bangun Malam.

Hal ini agar mendapatkan pahala sholat malam apabila ia tertidur darinya. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Barangsiapa  mendatangi ranjangnya sedangkan ia berniat sholat malam namun ia tertidur hingga waktu subuh, maka ditulis baginya pahala apa yang ia niatkan dan tidurnya itu adalah sedekah dari Robb-Nya". (HR. An-Nasai' 1786).

2. Berdzikir ketika bangun tidur.

Disunahkan bagi seseorang yang bangun tidur untuk melakukan sholat malam membaca dzikir dan do'a ketika bangun tidur dan membaca 10 ayat terakhir surat Ali-Imron.

3. Bersiwak.

Hudazaifah menjelaskan bahwa Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam apabila bangun malam untuk melakukan sholat, beliau menggosoknya dengan siwak (HR Bukhori 245).

4. Membangunkan keluarga untuk sholat malam.

Hal ini sebagaimana yang dilakukan Rosulullah sholallohu'alaihi wasallam ketika bangun malam, beliau membangunkan Aisyah Radhiyallhu'anha (HR Bukhori:512). Dan pada suatu malam beliau juga bersabda kepada Ali dan Fathimah: "Tidakkah kalian melakukan sholat?". (HR Bukhori 1127).

5. Membuka sholat malam dengan sholat dua rokaat yang pendek.

Abu Hurairoh Radhuyallohu'anhu menuturkan bahwa Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda: "Apabila seseorang di antara kalian hendak melakukan sholat malam, hendaknya membukanya dengan melakukan sholat dua roka'at yang pendek". (HR Muslim 768).

6. Merenungi bacaan Quran yang dibaca dan menangis saat membacanya. 

Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam apabila melakukan sholat malam, ketika membaca Al-Qur'an terdengar suara seperti suara periuk karena tangisan beliau" (HR Abu Dawud 904).
Berkata Ibnu Abbas Radhuyallohu'anhu : "Demi Alloh, membaca Al-Qur'an Surat Al-Baqoroh dengan tartil dan merenungkannya, lebih saya sukai dari pada membaca Al-Quran dalam satu malam". (Lihat Mukhtashor Qiyamul lail 143).

7. Tidak membebani diri dengan sesuatu yang memberatkan dirinya.

Tidaklah ia melakukan sholat malam semalam suntuk, namun membagi waktu malamnya untuk tidur, keperluan keluarga, ilmu dan sholat malam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam dan para sahabatnya. Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam mencela orang yang melampaui batas dalam sholat malam, yaitu ia melakukan sholat semalam suntuk. Beilau Sholallohu'alaihi wasallam bersabda yang artinya: "Barangsiapa membenci sunnahku, maka ia bukan termasuk golonganku". (HR. Bukhori 4675).

8. Tidak sholat malam apabila mengantuk.

Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam bersabda : "Bilamana seseorang mengantuk dalam sholatnya, hendaknya ia tidur hingga hilang rasa kantuknya. Sebab apabila seseorang sholat dalam keadaan mengantuk, bias jadi ia memohon ampunan kepada Alloh namun ia mencela dirinya sendiri". (HR Bukhari 212).

9. Tidur setelah sholat malam.

Aisyah Radhiyallohu'anha bertutur: "Aku tidak mendapati Rosulullah pada waktu sahur di rumahku atau di dekatku, melainkan dalam keadaan tidur". (HR Bukhari 1133).

10. Berdo'a selesai sholat malam.

Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam apabila selesai sholat malam ia berdo'a:

اللّهم إنّي أعوذبرضا ك من سخطك وبمعافاتك من عقوبتك، وأعوذ بك منك لا أخصي ثناء عليك، أنت كما أثنتيت على نفسك.

"Ya Alloh, sesungguhnya aku berlindung dengan keridho'an-Mu dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu. Aku tak mampu menghitung pujian terhadap-Mu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau pujikan terhadap diriMu sendiri." (HR Abu Dawud 1427).

Beberapa Faedah Sholat Malam

Sholat malam memiliki beberapa faedah dan keutamaan, diantaranya:
  • Salah satu sebab masuk surga (HR. Ibnu Majjah 3251).
  • Salah satu sebab ditinggikannya derajat seseorang di surga kelak. (HR At-Tirmidzi 2527).
  • Orang yang melakukan sholat malam adalah orang yang berhak ditinggikan derajatnya di akhirat kelak (QS. Ad-Dzriyat:17-18). Dan mereka adalah orang yang dipuji Alloh ta'aala dalam firmannya di surat Al-Furqon:64.
  • Sebagai saksi atas keimanan mereka yang sempurna.

إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّداً وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ (15)

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنْ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ (16)

"Sesungguhnya orang-orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu segera bersujud seraya bertasbih memuji Robbnya, mereka juga tidak sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidur dan selalu berdo'a kepada Robb-nya dengan penuh rasa takut dan harap serta menafkahkan rezeki yang Kami berikan." (QS As-Sajadah:15-16).
  • Menghapus kesalahan-kesalahan dan mencegah dari perbuatan dosa. (HR At-Tirmidzi 3549).
  • Sholat malam adalah sholat sunnah yang paling utama (HR Muslim 1163).
  • Sholat malam adalah kemuliaan bagi seorang muslim (HR Al-Hakim 4/320).
  • Orang lain boleh iri dengan dengan sholat malam yang dilakukan seseorang (HR Muslim 815).
  • Membaca Al-Qur'an dalam sholat amalam merupakan kekayaan yang mat besar (HR Abu Dawud 1398).
Demikian kajian kali ini, semoga kita dimudahkan oleh Alloh ta'aala untuk dapat mengamalkan sunnah-sunnah Rosulullah Sholallohu'alaihi wasallam antara lain dengan menghidupkan qiyamul lail. Semoga bermanfaat dan barokallohufiikum.

Monday, March 28, 2011

Menyewakan Ruang Masjid

Setelah selesai di rehab, masjid kami terlihat sangat indah dan luas. Shalat lima waktu dilakukan di lantai atas.
Lalu lantai bawah digunakan untuk semacam ruang serbaguna. Tapi kalau shalat jumat, lantai bawah digunakan untuk menampung jamaah. Hal yang mendasar yang ingin saya tanyakan, bolehkah ruang masjid disewakan. Bahkan salah satu ruang disewakan untuk Biro haji, dan ada ruang satu lagi untuk koperasi, sehingga tak terhindarkan terjadinya  transaksi. Katanya di masjid tidak boleh transaksi.

-Di ruang serbaguna yang disewakan itu selain untuk seminar juga untuk pernikahan. Sebagaimana lazimnya resepsi pernikahan di Indonesia, masih diselingi upacara adat yang cenderung musyrik, lagu-lagu yang disetel pun sudah semaunya si penyewa. Pihak DKM hanya membatasi ketika ada azan dikumandangkan maka musik di ‘pause’.

Selain itu tamu-tamu yang diundang pun berpenampilan seperti umumnya resepsi, wanitanya tidak berjilbab, modis pakai kemben, menampakkan auratnya. Bahkan ada juga dari umat Nasrani yang menggunakan kalung salib.

-Selain itu, bagaimana status pengggunaan uang sewanya? Apakah boleh dibagi bagi ke pengurus? Lalu sisanya untuk pembangunan atau kegiatan masjid?

Terus apakah batasannya (definisi) masjid itu, mengingat masjid kami halamannya luas. Apakah begitu masuk pagar sudah berarti masuk masjid, karena ini berkaitan dengan shalat tahiyatul masjid dan haramnya transaksi tadi. O, ya terakhir, anehnya dengan alasan keamanan setelah shalat zuhur ruang shalat masjid kami dikunci, tamu dipersilakan shalat dipelataran.

Syukron jazakumullah khoir atas jawabannya
Budi Arto
Jakarta Timur

Jawaban:

Menyewakan Masjid

Imam Ahmad bin hambal berpendapat boleh menyewakan salah satu bagian dari masjid apabila bagian tersebut tidak dibutuhkan ketika shalat dilaksanakan dan pemakaian tempat tersebut untuk hal-hal yang mubah serta sesuai dengan kehormatan masjid. Dengan syarat jamaah masjid menyetujui penyewaan dan pemakaian tesebut. Dalil yang dipakai Imam Ahmad bin Hambal dalam pembolehan tersebut adalah: masjid adalah wakaf, menyewakan harta wakaf untuk kemaslahatan yang sesuai dengan tujuan wakaf dibolehkan.

Menyewakan Ruang di bawah Masjid.

Para Ulama sepakat bahwa ruang di bawah masjid, yang dibangun dengan tujuan bukan untuk dijadikan masjid, ruang tersebut bukan masjid. Karena statusnya bukan masjid maka tidak berlaku hukum-hukum yang berhubungan dengan masjid. Seperti sholat tahiyyatul masjid ketika memasuki ruangan tersebut, beritikaf di ruang tersebut dan larangan perempuan haid untuk berada di dalamnya. Karena bukan masjid, maka diperbolehkan menyewakan ruang tersebut untuk acara-acara yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan masjid.

Pengurus harus mempunyai aturan dan tata tertib tentang kegiatan-kegiatan yang berlangsung di ruang tersebut. Hal itu demi menjaga kehormatan masjid. Sebab ruang tersebut masih berada dalam lingkungan masjid.

Demikian pula dibolehkan menyewakan ruang tersebut untuk kegiatan ekonomi yang mana terdapat didalamnya transaksi. Sekali lagi karena ruang tersebut bukan masjid.

Hadis Larangan Transaksi di Masjid

Amru bin Syuaib meriwayatkan sebuah hadis yang melarang mengadakan transaksi jual beli di masjid, mengumumkan kehilangan dan membaca syair. Hadis lain yang diriwayatkan dari Abi Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: ”Apabila kalian melihat orang bertransaksi jual beli di  masjid maka katakanlah: “Mudah-mudahan Allah tidak memberi keuntungan dalam transaksimu.”

Namun apakah karena ada hadis yang melarang transaksi di masjid kemudian hukum transaksi di masjid menjadi haram? Hal ini butuh analisa lebih dalam.

Memahami Larangan yang terdapat dalam al-Quran dan hadis

Kata yang menunjukkan makna melarang (shighotunn-nahyi) yang terdapat dalam teks hukum baik berupa ayat al-Quran atau al-hadis tidak selamanya difahami haram. Shighoh larangan bisa difahami dua makna; haram atau makruh. Biasanya para mujtahid sebelum menentukan makna “larangan” dalam teks hukum, mereka meneliti terlebih dahulu apakah ada dalil (al-Qarinah) baik berupa ayat, hadis atau hal yang laiinya, yang merubah makna larangan dari haram ke makruh. Seandainya ada maka larangan menjadi makruh bukan haram. Dalam makruh terdapat makna boleh, akan tetapi tidak dilakukan lebih baik. Kalau tidak ada maka larangan dimaknai haram.

Hukum Transaksi Di Masjid

Dalam masalah transaksi di masjid sebagian besar Ulama berpendapat transaksi di masjid makruh dan transaksi tersebut sah.  Karena hadis larangan jual-beli dikuti dengan larangan tidak boleh membaca syair dan mengumumkan kehilangan.

Mazdhab Hanbali berpendapat transaksi di masjid haram dan transaksi tersebut tidak sah.  Masjid hanya untuk Shalat dan berzikir kepada Allah. Allah berfirman: 36.  Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, 37.  Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, (An-Nur : 36-37)

Penggunaan Uang Sewa Bangunan Wakaf

Pada dasarnya menyewakan bangunan wakaf diperbolehkan. Bangunan atau ruangan dikelola oleh pengelola masjid (DKM) termasuk bangunan wakaf. Adapun uang yang diperoleh dari hasil sewa tersebut maka sepenuhnya diserahkan kepada pengurus sesuai dengan aturan yang ada. Para pengurus wakaf diperbolehkan mengambil manfaat dari hasil sewa bangunan wakaf.

Batasan Masjid

Para Ulama berbeda pendapat tentang batasan masjid. Apakah halaman Masjid (ar-rahbah) termasuk masjid? Pendapat pertama mengatakan halaman masjid, apabila bergabung dengan masjid dan dibatasi oleh batas seperti pagar atau yang lainnya, maka halaman masjid termasuk masjid. Pendapat kedua berpendapat bahwa halaman masjid adalah masjid. Pendapat ketiga menyebutkan bahwa halaman masjid bukan masjid. Halaman Masjid apabila bagian dari masjid maka hukum halaman sama seperti hukum masjid.

Namun, Apabila masjid berada diatas apakah bagian bawah masjid adalah halaman masjid? Apakah bangunan-bangunan yang berada di komplek masjid semuanya bagian dari masjid? Bangunan dan halaman yang berada didalam komplek masjid termasuk masjid, dalam fiqih disebut haromul masjid.

Yang perlu diingat. Hukum bangunan yang ada dikomplek masjid tergantung niat yang membangun apakah bangunan tersebut dibangun untuk menjadi bagian  dari masjid atau bukan. Apabila dibangun untuk menjadi bagian dari masjid maka hukumnya hukum masjid. Apabila tidak hukumnya berbeda dengan masjid.

Menutup Masjid Diluar Waktu Shalat

Demi menjaga masjid dari hal-hal yang tidak diinginkan dibolehkan menutup masjid diluar waktu shalat.

Dalam fiqih ada kaidah adh-dhoror yuzaal, Yang berbahaya harus dicegah. Kaidah lain menyatakan darul-mafasid muqoddamun ‘ala jalbil-masholih, menghindari hal yang merusak didahulukan dari mengambil manfaat.

Wallahu’alam
Diasuh Oleh DR H M Taufik Q Hulaimi MA Med
Direktur Ma’had Aly an Nuaimy Jakarta
http://sabili.co.id/agama/menyewakan-ruang-masjid

Friday, March 25, 2011

Bingung Ikut Liqo'

Pertanyaan

Assalamualaikum ustadz

Afwan mengganggu, saya ingin bertanya,

Saya kebetulan mahasiswa suatu universitas di jakarta, lalu di kampus tersebut saya mengikuti kegiatan keIslaman yaitu LIQO, sebenarnya liqo itu apa sih?

Selama 6 bulan saya mengikuti liqo, tapi saya tidak merasakan efeknya dan afwan klo saya berprasangka buruk... Apakah ini termasuk aliran sesat..... Saya sebenarnya agak bingung, karena hal ini merupakan hal baru bagi saya... mohon dijawab.

Syukron.
HW

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Sesat atau tidaknya sebuah ajaran bukan tergantung dari nama atau istilah yang disandangnya. Tetapi ditentukan dari sejauh mana penyimpangan di bidang aqidah yang mendasar.

Kalau anda tidak merasakan efek apa-apa dari ikut liqo' itu, maka belum tentu liqo' itu aliran sesat. Kesesatannya bukan dari seberapa besar efek suatu kepada diri anda.

Sebagai seorang mahasiswa, alangkah baiknya bila anda mengisi waktu dengan belajar agama Islam. Liqo' atau apa pun namanya, bukan hal yang terlalu penting. Sebab nama dan istilah boleh beda-beda, tetapi yang penting adalah esensinya.

Sebuah kegiatan keagamaan di suatu kampus seharusnya mengajarkan dasar-dasar agama dan aqidah secara jelas, tidak sembunyi-sembunyi dan juga boleh diuji kebenarannya. Selain penyajian materi, alangkah baiknya bila kegiatan itu juga diimbangi dengan teladan dari senior atau nara sumbernya.

Sebab kehidupan mahasiswa itu biasanya memang tidak jauh dari kemerosotan moral, maksiat dan perzinaan. Kebusukan seperti itu memang disengaja oleh musuh Islam, di mana sasaran utamanya memang remaja dan mahasiswa. Karena itulah pembinaan keIslaman menjadi sangat penting di kampus.

Memang sayang kalau kalangan yang menggarap para mahasiswa malah saling menjelekkan satu sama lain. Entah karena beda manhaj atau beda tokoh sentral, atau beda orienasi politik. Seharusnya semua elemen umat Islam bersatu untuk menggarap dunia kampus, saling bela dan saling menguatkan. Bukan malah sebaliknya, saling ejek dan saling tuduh yang tidak-tidak.

Akibatnya sudah jelas, para mahasiswa bukannya senang dengan agama, malah mereka semakin bingung. Mereka seolah dihadapkan kepada sebuah kancah konflik antar genk yang tidak jelas ujung pangkalnya. Semua ada begitu banyak tawaran untuk belajar agama, tetapi satu dengan yang lain malah saling menjelekkan. Lucu dan aneh, mau mengajarkan agama kok malah mengejek orang?

Tetapi memang itulah realita yang ada di tengah kita, dunia kampus yang sebenarnya harus digarap bersama, malah dijadikan arena saling membuka cacat dan aib sesama. Seolah-olah masing-masing merasa sebagai satu-satunya agen surga di muka bumi. Kalau mau masuk surga, maka harus lewat mereka. Dan kalau lewat pintu yang lain, diancam-ancam sesat dan masuk neraka.

Beda Harakah

Kita memang tidak bisa memungkiri kenyataan adanya perbedaan harakah, di mana masing-masing mengklaim dirinya adalah harakah yang paling benar. Lalu masing-masing harakah itu berupaya mencari pengaruh dan memperbanyak pengikut.

Sayangnya, agar orang tertarik dengan suatu harakah, seringkali cara yang digunakan kurang terpuji. Yaitu dengan cara menjelek-jelekkan harakah yang lain. Bahkan sampai menuding sesat, sungguh memalukan bukan?

Semua itu mungkin berangkat dari titik pandang yang berbeda. Di mana kegiatan di kampus mengikuti induk masing-masing. Yang satu punya induk dan bekerja demi kepentingan induknya. Yang lain pun demikian. Maka jadilah sebuah kampus sebuah medan kancah peperangan yang berisi orang saling melumat.

Mungkin alangkah indahnya bila para senior dari masing-masing faksi itu duduk bersama, toh semua mengaku muslim. Apa salahnya kalau masing-masing datang untuk saling menawarkan keunggulan, potensi dan solusi? Sebab kalau masing-masing datang dengan koleksi bahan celaan terhadap harakah lain, benang kusutnya tidak akan selesai sepanjang zaman.

Kalau ada elemen umat yang ahli di bidang hadits, mengapa tidak menawarkan diri untuk mengajarkan ilmunya, tapi bukan dengan cara mengejek atau mencaci maki saudara muslimnya.

Kalau ada elemen yang ahli di bidang politik praktis, mengapa tidak menawarkan diri untuk membagi informasi dan wawasannya kepada elemen yang lain?

Kalau ada yang punya cita-cita mulia,  mengapa juga tidak menawarkan diri untuk berbagi perasaan dan pemikirannya?

Alangkah indahnya bila para aktifis dakwah di kampus bisa rukun dan akur, bukan saling ejek dan saling curiga. Kapan ya hal itu bisa terlaksana?

Walllahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 

Ahmad Sarwat, Lc

Mari, Merenungi Kematian

Merenungi hidup, itu biasa. Tanpa siapa pun kita berusaha merenungi hidup, manusia diciptakan dengan fitrah kuat untuk memikirkan hidupnya. Karena itu, manusia dianggap sebagai makhluk atau ciptaan Allah yang selalu kepayahan.

"Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah..." (QS. Al-Balad: 4).

"Sesungguhnya, manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapatkan kebaikan ia kikir.." (QS. Al-Ma'aarij: 19-21)

لاَ يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan darinya..." (QS. Al-Hijr: 48).

Manusia begitu kepayahan, dan wujud kepayahan itu begitu terlihat nyata dalam kehidupan, hanya semata-mata karena ia memikirkan hidup. Diawali dengan bagaimana ia tetap bertahan hidup. Lalu berkembang, bagaimana ia bisa hidup dengan lebih baik dari sekarang. lalu berlanjut lagi, bagaimana ia bisa hidup enak. Selanjutnya, bagaimana ia bisa hidup enak dan mudah. Lalu bagaimana bisa hidup lebih enak dan lebih mudah lagi. Setelah itu, bagaimana ia bisa tetap bertahan hidup enak dan mudah. Dan seterusnya. Satu obsesi, melahirkan obsesi lain.

Maka kita sering mendengar sebuah pertanyaan klasik, "Apa obsesi dalam hidup ini yang belum Anda capai?"

Lalu, selalu saja kita mendapatkan jawaban yang nyaris sama persis dari yang ditanya, "Saya ingin seperti ini, begini, dan begitu..."

Padahal, yang ditanya kebanyakan justru orang yang sudah tampak seperti memiliki segalanya. Punya popularitas, punya uang, punya banyak teman, punya pekerjaan yahut sebagai mesin uangnya. Tapi, itulah proses memikirkan wujud yang disebut 'hidup'.

Begitu besar obsesi manusia, dan begitu beragam dinamika dari obsesi tersebut, sehingga sedikit saja nyasar ke wilayah yang kurang dikehendaki, seseorang akan merasa kepayahan. Ia akan begitu menderita karenanya.

Ada orang yang kepayahan karena sulit bertahan hidup. Ada yang kepayahan karena tak bisa hidup enak. Ada yang merasa susah karena tak bisa hidup enak dengan mudah. Ada juga yang merasa begitu kepayahan karena sebagian dari rasa 'enak' dan rasa 'mudah' itu berkurang sedikit saja. Ata tidak berkurang, tapi ada orang dekat yang mencapainya dengan lebih mudah, dan merasakan yang lebih enak. Itulah, sebagian dari yang diisyaratkan oleh Alquran di atas, "Sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah..." (QS. Al-Balad; 4).

Bagitu payahnya kita memikirkan hidup, padahal hidup dan mati itu sama pastinya. Kita pasti hidup, karena inilah hidup itu. Tapi kitapun pasti akan mati. Sayangnya, kita begitu gigih memikirkan hidup yang pasti ini, namun teledor memikirkan kepastian yang lain, yaitu mati!!

Ya Rabbi! Betapa bodohnya kami. Begitu banyak hal tentang hidup, kita pelajari, kita amati, kita cermati dan kita nikmati sepuas hati. Tapi, berapa banyak hal tentang kematian yang telah kita ketahui? Sedikit saja.

Berapa banyak hal tentang kematian yang kita amati, kita resapi dan kita jadikan panduan menjalani hidup ini? untuk menyongsong datangnya kematian itu suatu hari? Nyaris tak pernah. Betapa mengenaskan.

Ketika kehidupan dunia yang begitu canggih seperti sekarang ini sudah menawarkan begitu banyak kenikmatan hidup bagi kita, saatnya kita berpikir tentang kematian. Saatnya kita menyisakan sebagian waktu kita, untuk merenungi, bagaimana kita akan mati....

Disalin dari buku Mati Tersenyum Esok Pagi, penerbit Shafa Publika
Artikel www.PengusahaMuslim.com

Thursday, March 24, 2011

DI MANAKAH POSISI KITA ?

http://produksunnah.com/components/com_virtuemart/shop_image/product/18_Tingkatan_Man_4c975d8197e01.jpg

Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziah

Rangkuman di bawah ini merupakan salah satu ijtihad Ibnu Qayyim Al Jauziyah tentang tingkatan dan kedudukan manusia di akhirat. Dari table di bawah ini diharapkan kita dapat mengukur diri kita masing-masing untuk muhasabah, meningkatkan harapan kita kepada Allah agar dimasukkan dalam kelompok yang berbahagia, dengan memacu amal shalih kita di dunia.



DI SURGA


1.   Ulul ‘Azmi
2.   Nabi dan Rasul
3.   Para Nabi yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an
4.   Pewaris Para Rasul dan Pengganti Mereka di Masing-masing Umatnya
5.   Para Pemimpin yang adil
6.   Para Mujahidin di Jalan Allah
7.   Orang yang Paling Bermanfaat Bagi Manusia Lainnya
8.   Orang-orang yang Allah bukakan Pintu-pintu Kebaikan yang Banyak Baginya
9.   Orang-orang yang Selamat (Ahlun Najat)
10. Orang yang Dikaruniai Taubat Sebelum Kematiannya
11. Orang yang Sekali Waktu Berbuat Kebaikan dan di Waktu yang Lain Berbuat Kejahatan
12. Orang yang Amal Baiknya Berimbang dengan Kejahatannya
13. Orang yang Penuh dengan Kemaksiatan dan Ringan Timbangan Kebaikannya
14. Manusia yang Tidak Memiliki Keimanan dan Tidak Pula Ketaatan. Tidak Kemaksiatan dan Tidak Juga Amal Sholeh


DI NERAKA


1. Orang-orang Munafik Zindik
2. Pemimpin-pemimpin Kafir
3. Para Pengikut Kekafiran
4. Golongan Jin yang Kafir


Peringkat Pertama : Ulul ‘Azmi

Peringkat tertinggi di akhirat, yaitu peringkat risalah.. Mereka adalah para nabi dan rasul. Dengan perantaraan tangan mereka kebaikan dunia dan akhirat ini terwujud, karena mereka Allah disembah dan ditaati. Yang tertinggi dari mereka adalah nabi dan rasul ulul ‘azmi yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad. Allah Berfirman “Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa dan Isa”(QS Asy Syura:13) Kelima rasul di atas adalah penghuni lapisan paling atas dan syafaat berputar pada mereka hingga mereka menyerahkannya kepada penutup para rasul yang paling mulia, yaitu Nabi Muhammad.

Peringkat Kedua : Nabi dan Rasul

Yaitu para rasul dan Nabi yang berjumlah 25 yang disebutkan dalam Al Qur’an selain para ulul ‘azmi. Mereka adalah Adam, Idris, Hud, Luth, Shalih, Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Syuaib, Harun, Yunus, Dzulkifli, Ilyas, Ilyasa, Daud, Sulaiman, Zakaria dan Yahya. Tingkatan mereka sesuai dengan peringkat dan keutamaan mereka masing-masing.

Peringkat Ketiga : Para Nabi yang Tidak Tercantum dalam Al Qur’an

Mereka tidak diutus kepada umatnya masing-masing, namun mereka memiliki rubuwwah (kenabian) dan tidak memiliki risalah. Allah mengistimewakan mereka dengan memberikan wahyu dan mengutus para malaikat-Nya kepada mereka. Jumlah mereka mencapai ratusan ribu lebih sebagaimana hadits dari Abu Dzar.

Peringkat Keempat : Pewaris Para Rasul dan Pengganti Mereka di Masing-masing Umatnya

Merekalah yg menegakkan kembali ajaran para rasul : dalam ilmu dan amal, dan mengajak manusia kepada Allah sesuai dengan petunjuk dan manhaj syariatnya. Inilah peringkat terbaik setelah peringkat para nabi dan rasul. Itulah peringkat Shiddiqiyah, Allah berfirman : “Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan rasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orag yang mati syahid dan orang-orang yg shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya (QS An Nisaa ay 69).

Pada ayat di atas, peringkat shiddiqiyah disandingkan dengan peringkat nubuwwah. Shiddiqiyah adalah ulama rabbani yang memiliki ilmu mendalam, menjadi mediator antara rasul dengan umatnya, mereka adalah pengganti rasul, wali rasul, partai rasul, orang-orang pilihan rasul, penjaga rasul dan kelompok yang dijamin selalu berada dalam kebenaran. Penentang dan penolak ajakan mereka tidaka akan dapat memadharatkan mereka sedikitpun hingga dating keputusan Allah kepada mereka (Siapa lagi jika bukan para sahabatnya yg mulia?)

Peringkat Kelima : Para Pemimpin yang Adil

Karena mereka perjalanan manusia menjadi aman, dunia menjadi tentram, orang lemah mendapatkan pertolongan, orang dzalim akan terhina, orang takut merasa aman, hukum Allah ditegakkan, kerusakan dimusnahkan, mereka menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, sunnah ditegakkan dan bid’ah dihancurkan. Untuk mereka mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah tangan kanan Ar Rahman yang dipasang pada hari kiamat. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya orang-orang yang adil berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya pada hari kiamat di sebelah kanan Ar Rahman, dan kedua tangan-Nya adalah kanan. Yaitu mereka yang adil dalam pemerintahannya, keluarganya dan jabatan yang diamanahkan kepada mereka.” (HR. Muslim)

Mereka adalah salah satu dari 7 golongan yang akan mendapatkan naungan pada hari kiamat. Sebagaimana di dunia mereka menaungi rakyatnya dengan keadilan, maka di akhirat Allah pun menaunginya dengan keadilan dan rahmat-Nya.


Peringkat Keenam : Mujahidin yang Berjihad di Jalan Allah

Mereka adalah para tentara Allah yang menegakkan agama-Nya, menghancurkan musuh-musuhNya dan menjaga kehormatan Islam. Mereka akan mendapat limpahan pahala dari setiap orang yang dilindunginya, dengan jihadnya maka orang-orang dapat beribadah dengan tenang.

Para mujahidin mendapatkan keutamaan yang tinggi disebabkan beratnya beban yang harus mereka pikul. Sungguh saat mereka berjihad, banyak diantara mereka yang meninggalkan kesenangan dunia mereka, harta mereka, istri dan anak-anak mereka. Medan jihad itu sendiri merupakan tempat yang sulit dan tidak mengenakkan, perjalanan yang sangat meletihkan, diterpa dengan cuaca panas menyengat, dingin yang menggigil, ditambah dengan musuh yang menakutkan, kelebatan pedang, desingan peluru, cabikan dan tusukan tombak dan banyak lagi suasana menegangkan, hingga medan ini hanya dihuni oleh mereka benar-benar memiliki azam dan iman yang tinggi.

Dalam Al Qur’an dan sunnah, banyak disebutkan tentang keutamaan dan keistimewaan mereka, terlebih mereka yang telah mencurahkan harta dan jiwa mereka hingga gugur saat melawan musuh-musuhnya. Allah menjanjikan bahwa mereka akan mendapatkan 100 derajat di surga, jarak antara satu derajat dengan derajat lainnya seperti langit dan bumi, mereka akan dinikahkan dengan 72 bidadari, disematkan mahkota dari mutiara yaquth, diselamatkan dari fitnah kubur, pahalanya terus mengalir sampai kiamat, diampuni dosanya sejak tetesan darah pertama, dapat memberikan syafa’at kepada 70 kerabatnya dan masuk surga tanpa hisab.

Kedudukan orang yang berjihad lebih tinggi dari lainnya, bahkan lebih tinggi dari orang yang memberikan jamuan minuman kepada jemaah haji dan mengurus masjidil haram, mereka lebih tinggi secara mutlak dari para qa’idin (orang yang duduk dan tidak berangkat berjihad tanpa udzur).

Bagi para mujahidin, setiap gerakan dan perbuatan mereka akan bernilai pahala. Allah berfirman, “Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah bagi orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shaleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik dan mereka tidak menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (mal shaleh pula),karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S. At Taubah : 120)


Peringkat Ketujuh : Ahlul Itsar

Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain, bershadakah dan berlaku baik kepada manusia sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatan orang-orang yang dibantunya. Mereka adlah orang-orang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam berinfak, mereka melakukannya di waktu siang dan malan, pagi dan petang, di waktu susah maupun sempit, di saat sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Mereka tidak pernah mengungkit pemberian mereka, atau melakukan sesuatu yang dapat menghapuskannya.

Mereka adlah orang-orang yang bersabar di saat kaya, yaitu dengan tidak membelanjakannya pada kebanyakan perkara yang mubah, dan bersikap itsar di saat membvutuhkan, yaitu dengan lebih mengutamakan saudaranya dari dirinya sendiri.

Allah berfirman, “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan siang hari, secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqarah: 274)


- Peringkat kedelapan

Orang-orang yang Allah swt bukakan pintu-pintu kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang yang disamping mengerjakan shalat, puasa, haji, tilawah, I’tikaf, dzikir dll. Mereka juga sangat serius dalam meningkatan buku catatan amal perbuatan mereka, seperti amal jariyah yang akan terus mengalir kepadanya walaupun ia telah kembali ke sisi Allah azza wa jalla

- Peringkat kesembilan

Ahlul Najat, mereka adalah orang-orang yang hanya sebatas mengerjakan perintah yang wajib dari Allah swt. Dan meninggalkan larangan-larangan Allah swt. QS An Nisa : 31

- Peringkat kesepuluh

Orang yang mendapatkan karunia taubat dari Allah swt sebelum kematiannya, mereka adalah orang-orang yang telah menzalimi diri dengan dosa-dosa besar namun mereka menutup kehidupannya dengan taubatan nashuha. QS Maryam : 60

- Peringkat kesebelas

Orang sekali waktu berbuat kebaikan, tapi diwaktu yang lain berbuat kejahatan. Mereka adalah orang-orang yang belum sempat bertaubat dari dosa dan kemaksiatan yang diperbuatnya, akan tetapi setelah ditimbang dosanya lebih ringan dari dari amal kebaikannya sehingga Allah swt memasukkannya ke surga QS Al A’raaf : 8-9

- Peringkat keduabelas

Orang amal kebaikannya berimbang dengan keburukannya, mereka adalah orang yang terakhir masuk surga dari kelompok yang tidak ada api neraka, selama penantian mereka berada di Al A’raaf (antara surga dan neraka) QS Al A’raaf : 46-47

- Peringkat ketigabelas

Kelompok yang penuh dengan kemaksiatan dan sangat ringan timbangan amal kebaikannya. Mereka adalah orang yang akan masuk surga namun harus merasakan adzab neraka disebabkan kemaksiatan mereka yang sangat banyak, kemudian mereka mendapatkan syafa’at dari Nabi Muhammad saw dan masuk kedalam surga

- Peringkat keempatbelas

Kelompok manusia yang tidak memiliki keimanan, tidak juga ketaatan, tidak kemaksiatan dan tidak pula amal shalih. Mereka adalah orang gila, yang tidak sampai dakwah kepada mereka, orang tuli dan anak-anak orang musyrik yang meninggal waktu kecil

- Peringkat kelimabelas sampai dengan kedelapanbelas :
 

Orang munafik zindik, pemimpin kafir, para pengikut kekafiran, golongan jin yang kafir. Mereka adalah makhluk yang kekal didalam neraka Allah swt, karena keingkaran mereka dan penolakan mereka terhadap agama Allah swt. QS Al A’raaf : 38, Al Baqarah : 166-167, Al Hadid  : 13-14


Ditingkatan manakah kita???
Semoga kita selalu bisa berintropeksi diri menjadi Hamba yang sejati.

Quotes Of The Day :

"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl : 97)
   

Tuesday, March 1, 2011

Teladan Indah dari Salafus Shalih

Allah Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya:
stoneOrang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah : 100)

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.

Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihiwa sallam.

Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.

Salaf dan Tazkiyatun Nufus

Salah satu sisi ajaran agama yang tidak boleh terlupakan adalah tazkiyatun nufus (penyucian jiwa). Allah selalu menyebutan tazkiyatun nufus bersama dengan ilmu. Allah berfirman:

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah : 151)

Artinya, ilmu itu bisa jadi bumerang bila tidak disertai dengan tazkiyatun nufus. Oleh sebab itu dapat kita temui dalam biografi ulama salaf tentang kezuhudan, keikhlasan, ketawadhu'an dan kebersihan jiwa mereka. Begitulah, mereka selalu saling mengingatkan tentang urgensi tazkiyatun nufus ini. Dari situ kita dapati ucapan-ucapan ulama salaf sangat menghunjam ke dalam hati dan penuh dengan hikmah. Hamdun bin Ahmad pernah ditanya: Mengapa ucapan-ucapan para salaf lebih bermanfaat daripada ucapan-ucapan kita? beliau menjawab: Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan mencari ridha Ar-Rahman, sementara kita berbicara untuk kemuliaan diri, mengejar dunia dan mencari ridha manusia!

Salaf dan Kegigihan Dalam Menuntut Ilmu

Imam Adz-Dzahabi berkata: Ya'qub bin Ishaq Al-Harawi menceritakan dari Shalih bin Muhammad Al-Hafizh, bahwa ia mendengar Hisyam bin Ammar berkata: Saya datang menemui Imam Malik, lalu saya katakan kepadanya: Sampaikanlah kepadaku beberapa hadits! Beliau berkata: Bacalah!
Tidak, namun tuanlah yang membacakannya kepadaku! jawabku.

Bacalah! kata Imam Malik lagi. Namun aku terus menyanggah beliau. Akhirnya ia berkata: Hai pelayan, kemarilah! Bawalah orang ini dan pukul dia lima belas kali! Lalu pelayan itu membawaku dan memukulku lima belas cambukan. Kemudian ia membawaku kembali kepada beliau. Pelayan itu berkata: Saya telah mencambuknya! Maka aku berkata kepada beliau: Mengapa tuan menzhalimi diriku? tuan telah mencambukku lima belas kali tanpa ada kesalahan yang kuperbuat? Aku tidak sudi memaafkan tuan!
Apa tebusannya? tanya beliau.

Tebusannya adalah tuan harus membacakan untukku sebanyak lima belas hadits! jawabku. Maka beliaupun membacakan lima belas hadits untukku. Lalu kukatakan kepada beliau: Tuan boleh memukul saya lagi, asalkan tuan menambah hadits untukku! Imam Malik hanya tertawa dan berkata: Pergilah!

Salaf dan Keikhlasan

Generasi salaf adalah generasi yang sangat menjaga aktifitas hati. Seorang lelaki pernah bertanya kepada Tamim Ad-Daari tentang shalat malam beliau. Dengan marah ia berkata: Demi Allah satu rakaat yang kukerjakan di tengah malam secara tersembunyi, lebih kusukai daripada shalat semalam suntuk kemudian pagi harinya kuceritakan kepada orang-orang!

Ar-Rabi' bin Khaitsam berkata: Seluruh perbuatan yang tidak diniatkan mencari ridha Allah, maka perbuatan itu akan rusak!

Mereka tahu bahwa hanya dengan keikhlasan, manusia akan mengikuti, mendengarkan dan mencintai mereka. Imam Mujahid pernah berkata: Apabila seorang hamba menghadapkan hatinya kepada Allah, maka Allah akan menghadapkan hati manusia kepadanya.

Memang diakui, menjaga amalan hati sangat berat karena diri seakan-akan tidak mendapat bagian apapun darinya. Sahal bin Abdullah berkata: Tidak ada satu perkara yang lebih berat atas jiwa daripada niat ikhlas, karena ia (seakan-akan -red.) tidak mendapat bagian apapun darinya.

Sehingga Abu Sulaiman Ad-darani berkata: Beruntunglah bagi orang yang mengayunkan kaki selangkah, dia tidak mengharapkan kecuali mengharap ridha Allah!

Mereka juga sangat menjauhkan diri dari sifat-sifat yang dapat merusak keikhlasan, seperti gila popularitas, gila kedudukan, suka dipuji dan diangkat-angkat.

Ayyub As-Sikhtiyaani berkata: Seorang hamba tidak dikatakan berlaku jujur jika ia masih suka popularitas. Yahya bin Muadz berkata: Tidak akan beruntung orang yang memiliki sifat gila kedudukan. Abu Utsman Sa'id bin Al-Haddad berkata: Tidak ada perkara yang memalingkan seseorang dari Allah melebihi gila pujian dan gila sanjungan.

Oleh karena itulah ulama salaf sangat mewasiatkan keikhlasan niat kepada murid-muridnya. Ar-Rabi' bin Shabih menuturkan: Suatu ketika, kami hadir dalam majelis Al-Hasan Al-Bashri, kala itu beliau tengah memberi wejangan. Tiba-tiba salah seorang hadirin menangis tersedu-sedu. Al-Hasan berkata kepadanya: Demi Allah, pada Hari Kiamat Allah akan menanyakan apa tujuan anda menangis pada saat ini!

Salaf dan Taubat

Setiap Bani Adam pasti bersalah, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang segera bertaubat kepada Allah. Demikianlah yang disebutkan Rasulullah Sholallohu'alaihiwasallam dalam sebuah hadits shahih. Generasi salaf adalah orang yang terdepan dalam masalah ini!

'Aisyah berkata: Beruntunglah bagi orang yang buku catatan amalnya banyak diisi dengan istighfar. Al-Hasan Al-Bashri pernah berpesan: Perbanyaklah istighfar di rumah kalian, di depan hidangan kalian, di jalan, di pasar dan dalam majelis-majelis kalian dan dimana saja kalian berada! Karena kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan!

Tangis Generasi Salaf

Generasi salaf adalah generasi yang memiliki hati yang amat lembut. Sehingga hati mereka mudah tergugah dan menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Terlebih tatkala membaca ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Ketika membaca firman Allah: Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu (QS. Al-Ahzab : 33) 'Aisyah menangis tersedu-sedu hingga basahlah pakaiannya.

Demikian pula Ibnu Umar , ketika membaca ayat yang artinya: Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka). (QS. Al-Hadid : 16) Beliau menangis hingga tiada kuasa menahan tangisnya.
Ketika beliau membaca surat Al-Muthaffifin setelah sampai pada ayat yang artinya: Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam. (QS. Al-Muthaffifiin : 5-6) Beliau menangis dan bertambah keras tangis beliau sehingga tidak mampu meneruskan bacaannya.

Salaf dan Tawadhu'

Pernah disebut-sebut tentang tawadhu' di hadapan Al-Hasan Al-Bashri, namun beliau diam saja. Ketika orang-orang mendesaknya berbicara ia berkata kepada mereka: saya lihat kalian banyak bercerita tentang tawadhu'! Mereka berkata: Apa itu tawadhu' wahai Abu Sa'id? Beliau menjawab: Yaitu setiap kali ia keluar rumah dan bertemu seorang muslim ia selalu menyangka bahwa orang itu lebih baik daripada dirinya.
Ibnul Mubarak pernah ditanya tentang sebuah masalah di hadapan Sufyan bin Uyainah, ia berkata: Kami dilarang berbicara di hadapan orang-orang yang lebih senior dari kami.
Al-Fudhail bin Iyadh pernah ditanya: Apa itu tawadhu'? Ia menjawab: Yaitu engkau tunduk kepada kebenaran! 
Mutharrif bin Abdillah berkata: Tidak ada seorangpun yang memujiku kecuali diriku merasa semakin kecil.

Salaf dan Sifat Santun

Pada suatu malam yang gelap Umar bin Abdul Aziz memasuki masjid. Ia melewati seorang lelaki yang tengah tidur nyenyak. Lelaki itu terbangun dan berkata: Apakah engkau gila! Umar menjawab: Tidak Namun para pengawal berusaha meringkus lelaki itu. Namun Umar bin Abdul Aziz mencegah mereka seraya berkata: Dia hanya bertanya: Apakah engkau gila! dan saya jawab: Tidak.
Seorang lelaki melapor kepada Wahab bin Munabbih: Sesungguhnya Fulan telah mencaci engkau! Ia menjawab: Kelihatannya setan tidak menemukan kurir selain engkau!

Salaf dan Sifat Zuhud

Yusuf bin Asbath pernah mendengar Sufyan Ats-Tsauri berkata: Aku tidak pernah melihat kezuhudan yang lebih sulit daripada kezuhudan terhadap kekuasaan. Kita banyak menemui orang-orang yang zuhud dalam masalah makanan, minuman, harta dan pakaian. Namun ketika diberikan kekuasaan kepadanya maka iapun akan mempertahankan dan berani bermusuhan demi membelanya.

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seorang lelaki yang memiliki seribu dinar apakah termasuk zuhud? Beliau menjawab: Bisa saja, asalkan ia tidak terlalu gembira bila bertambah dan tidak terlalu bersedih jika berkurang.

Demikianlah beberapa petikan mutiara salaf yang insya Allah berguna bagi kita dalam menuju proses penyucian jiwa. Semoga Allah Subhanahu wata'ala senantiasa memberi kita kekuatan dalam meniti jejak generasi salaf dalam setiap aspek kehidupan.

Mawaddah “Unlimit Love”

 

Terinspirasi ketika belajar ushul fiqh bersama guru saya, pada waktu itu pembahasannya tentang qarinah, tapi kemudian guru saya sekilas bertanya, kecintaan seorang ibu kepada anaknya apakah al hubb atau mawaddah?

Kecintaan seorang suami kepada istrinya yang tetap setia bertahun-tahun hidup bersama, tanpa melihat fisik apakah al hubb atau mawaddah? Kecintaan Rasulullah saw ketika mendakwahi umatnya yang susah diajak berpikir apakah al hubb atau mawaddah? awalnya, saya fikir maknanya sama saja yaitu cinta, diantara dua kata yang berasal dari bahasa ‘arab tadi. Ternyata salah, itulah kedalaman bahasa ‘arab memiliki makna luas dan bermakna. Al hubb dan mawaddah ternyata sangat jauh berbeda.

Al hubb adalah cinta yang memiliki batas waktu untuk mencintai sesuatu, apakah itu cinta kepada manusia atau benda. dan mudah berpindah jika menemukan yang lebih besar manfaatnya bagi dia. Al hubb bisa kita lihat faktanya saat ini, mencintai tanpa ada rasa tanggung jawab dan kotmitmen terhadap yang ia cintai.
Perceraian marak sekali terjadi, durhaka anak kepada ibunya, putusnya tali silahturahmi antara keluarga, saling bermusuhan antara tetangga satu dengan yang lain dll. Karena standarnya adalah cinta atas dasar maslahat sehingga berdampak akan mudah sekali hilang cintanya jika dia tidak menemukan mashlahat terhadap yang ia cintai.

Mawaddah adalah cinta yang unlimit atau tidak terbatas sampai kapanpun. Inilah kecintaan yang dimiliki oleh seorang ibu terhada anaknya. Cintanya seorang ibu akan hidup sampai kapanpun tidak terbatas tempat, waktu, dan usia anak. Begitu juga cintanya sepasang suami istri yang sudah hidup berpuluh-puluh tahun namun masih tetap cinta, masih tetap sayang, masih tetap akan merasa bahagia jika bersama, ada kerinduan yang besar ketika tidak bertemu walaupun usia sudah tua tapi rasa cinta seperti itu masih ada, walaupun dari fisik pasangannya mungkin sudah tidak enak dilihat lagi .

Pernah melihat? kakek nenek yang datang kepengajian, mereka sambil berpegangan tangan dan terlihat sangat bahagia padahal usia mereka sudah sangat tua dan mereka sudah hidup berpuluh-puluh tahun lamanya tapi seakan-akan mereka baru menikah kemarin-kemarin. Itulah cinta yang tidak ada batasnya.

Menarik kisah pada genarasi sahabat, kisah ini terjadi pada saat pemerintahan ‘Umar Amirul mukminin r.a. ada seorang arab badui yang akan mengadukan istrinya kepada ‘Umar karena istrinya telah mengeluarkan suara keras melebihi suaranya. Iapun kemudian pergi ke rumah amirul mukminin ‘Umar bin khatab r.a. dan ketika dia sampai di depan pintu rumah Amirul mukminin dia mendengar langkah kaki ‘umar yang hendak keluar dari rumahnya. Dia mendengar istri amirul mukminin berkata kepadanya dengan suara yang keras mengatakan: “bertaqwalah kepada Allah, wahai ‘Umar atas apa yang engkau pimpin!”
‘Umar hanya diam dan tidak berbicara sedikitpun, orang badui tersebut berbicara dalam hatinya seraya berpaling pergi: “jika keadaan amirul mukminin saja seperti ini, maka bagaimana dengan diriku?” ketika ia hendak berpaling pergi, ternyata ‘Umar bin khatab telah keluar dan melihatnya. ‘umar bertanya apa keperluanmu?, wahai saudaraku orang Arab?”

Orang arab badui itupun menjawab: “Wahai amirul mukminin sebenarnya aku ingin menemuimu untuk mengadukan sikap istriku. Dia telah berani bersuara keras terhadap diriku. Namun seketika aku melihat keadaan rumahmu, aku menjadi merasa kerdil, karena apa yang engkau hadapi lebih sulit daripada apa yang aku hadapi. Oleh karena itu, aku hendak pulang dan berkata pada diriku sendiri: “jika Amirul mukminin saja mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya, maka bagaimana dengan diriku?”

‘Umar pun terseyum dan berkata: “wahai saudaraku semuslim, aku menahan diri dari sikapnya (istriku) itu, karena dia memiliki hak-hak atas diriku. Aku berusaha untuk menahan diri meski sebenarnya aku bisa saja menyakitinya (bersikap keras) dan memarahinya. Akan tetapi, aku sadar bahwa tidak ada yang dapat memuliakan wanita selain orang yang mulia dan tidak ada orang yang merendahkan selain orang yang suka menyakiti. Mereka dapat mengalahkan setiap orang yang mulia namun mereka dapat dikalahkan oleh setiap orang yang suka menyakiti. Akan tetapi, aku angat ingin menjadi orang yang mulia meski aku kalah (dari istriku), dan aku tidak ingin menjadi orang yang suka menyakiti meski aku termasuk orang yang menang.”
‘Umar melanjutkan : “wahai saudaraku orang arab, aku berusaha menahan diri karena dia istriku memiliki hak-hak atas diriku. Dialah yang memasak makanan untukku, membuatkan roti untukku, menyusui anak-anakku, dan mencuci baju-bajuku. Sebesar apa kesabaranku terhadap sikapnya, maka sebanyak itulah pahala yang aku terima.”

Saya membaca kisah yang penuh makna ini berkali-kalipun sangat terasa indah dan sejuk (halah..), bagaimana tidak?

Saya tidak tepikirkan,bagaimana perhatian negara islam yang begitu besar untuk mengurusi umatnya termasuk masalah rumah tangga, luar biasa. Disisilain, sikap seorang pemimpin besar semisal ‘Umar yang kalau kita ketahui sifat ‘umar adalah keras dan kasar tapi bisa menahan diri dari bersikap kasar dan lebih memilih bersikap lembut kepada istrinya yang beliau cintai. Itulah cinta mawaddah ‘umar kepada istrinya.

Kalau saya melihat sekarang, seperti pekejaan rumah tangga pastinya istri manapun ada saatnya untuk berkeluh kesah, setiap hari kerjaan utamanya adalah masak, mengusrus anak, cuci baju suami dan anak-anaknya, beres-beres rumah, mendidik anak, memantau anak, ini itu setiap hari dan memang seperti itu kerjaan utama seorang istri.

Kalau ukurannya hanya sekedar cinta (al hubb) saya yakin istri tersebut akan setiap hari ngomel kepada suaminya untuk minta pembantu, atau mungkin bisa kabur (terlalu mendramatisir..) tapi isrti yang cinta kepada keluarga atas landasan iman dan kecintaannya adalah mawaddah semuanya akan ditangkis dengan kalimat, “Itulah jihad saya dan Allah ‘azza wa jalla akan memberikan surga kepada seorang istri yang baik dalam pengurusan rumah tangganya”

Saya jadi teringat kisah fathimah binti muhammad r.a. yang mengadu kepada ayahnya sebagai pemimpin negara islam agar diberikan seorang pembantu untuk membantu pekerjaan rumah tangganya, kemudian salah satu nasehat yang Rasulullah saw berikan kepada fathimah adalah :

Nabi berkata kepada puterinya, Fathimah:

“Kalau Allah menghendaki wahai Fathimah, tentu lumpang itu akan menggilingkan gandum untukmu. Akan tetapi Allah menghendaki agar ditulis beberapa kebaikan untukmu, menghapuskan keburukan-keburukan serta hendak mengangkat derajatmu

Wahai Fathimah, barangsiapa perempuan yang menumbukkan (gandum) untuk suami dan anak-anaknya, pasti Allah akan menuliskan untuknya setiap satu biji, satu kebaikan serta menghapuskan darinya setiap satu biji satu keburukan. Dan bahkan Allah akan mengangkat derajatnya.

Wahai Fathimah, barang siapa perempuan berkeringat manakala menumbuk (gandum) untuk suamiya. Tentu Allah akan menjadikan antara dia dan neraka tujuh khonadiq (lubang yang panjang).

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mau meminyaki kemudian menyisir anak-anaknya serta memandikan mereka, maka Allah akan menuliskan pahala untuknya dari memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menghalangi (tidak mau membantu) hajat tetangganya, maka Allah akan menghalanginya minum dari telaga “Kautsar” kelak di hari Kiamat.

Wahai Fathimah, lebih utama dari itu adalah kerelaan suami terhadap istrinya. Kalau saja suamimu tidak rela terhadap engkau, maka aku tidak mau berdo’a untukmu. Apakah engkau belum mengerti wahai Fathimah, sesungguhnya kerelaan suami adalah perlambang kerelaan Allah sedang kemarahannya pertanda kemurkaan-Nya.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan mengandung janin dalam perutnya, maka sesungguhnya malaikat-malaikat telah memohonkan ampun untuknya, dan Allah menuliskan untuknya setiap hari seribu kebaikan serta menghapuskan darinya seribu keburukan. Manakala dia menyambutnya dengan senyum, maka Allah akan menuliskan untuknya pahala para pejuang. Dan ketika dia telah melahirkan kandungannya, maka berarti dia ke luar dari dosanya bagaikan di hari dia lahir dari perut ibunya.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan berbakti kepada suaminya dengan niat yang tulus murni, maka dia telah keluar dari dosa-dosanya bagaikan di hari ketika dia lahir dari perut ibunya, tidak akan keluar dari dunia dengan membawa dosa, serta dia dapati kuburnya sebagai taman diantara taman-taman surga.

Bahkan dia hendak diberi pahala seribu orang haji dan seribu orang umrah dan seribu malaikat memohonkan ampun untuknya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa orang perempuan berbakti kepada suaminya sehari semalam dengan hati lega dan penuh ikhlas serta niat lurus, pasti Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan kepadanya pakaian hijau (dari surga) kelak di hari Kiamat, serta menuliskan untuknya setiap sehelai rambut pada badannya seribu kebaikan, dan Allah akan memberinya (pahala) seratus haji dan umrah.

Wahai Fathimah, manakala seorang perempuan bermuka manis di depan suaminya, tentu Allah akan memandanginya dengan pandangan’rahmat’.

Wahai Fathimah, bilamana seorang perempuan menyelimuti suaminya dengan hati yang lega, maka ada Pemanggil dari langit memanggilnya”mohonlah agar diterima amalmu. Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang belum lewat”.

Wahai Fathimah, setiap perempuan yang mau meminyaki rambut dan jenggot suaminya, mencukur kumis dan memotongi kukunya, maka Allah akan meminuminya dari ‘rahiqil makhtum dan sungai surga, memudahkannya ketika mengalami sakaratil maut, juga dia hendak mendapati kuburnya bagaikan taman dari pertamanan surga, serta Allah menulisnya bebas dari neraka serta lulus melewati shirat”.

Semoga kecintaan kita selalu dilandasi keimanan kepada Allah ‘azza wa jalla.[]
Wallahua’lam bi ash shawab

Shinta mardhiah alhimjarry Guru HSG el Dina Bandung