Monday, September 3, 2012

Tahukah Engkau Apa Itu Itsar…?

Akhir – akhir ini persaingan untuk memperebutkan harta dan dunia begitu terasa menghinggapi bani adam. Mereka berlomba – lomba untuk mengumpulkan dunia dan harta mereka. Tentu untuk urusan ini, mereka akan teramat sibuk. Saking sibuknya aktifitas mereka dalam memenuhi kepentingan mereka, maka akan jarang sekali kita menemui orang – orang yang mendahulukan kepentingan saudaranya melebihi kepentingan dirinya sendiri. Sungguh, hanya keegoisan yang tampak di setiap sudut kehidupan manusia, kecuali orang – orang yang dirahmati oleh Allahu ta’ala.

Secara tabiat, manusia tentu merasa berat untuk memberikan atau mencurahkan tenaganya, hartanya atau yang semisalnya, tanpa adanya imbal balik. Akan tetapi, masih ada segelintir orang yang bersedia merelakan semua itu untuk mendahulukan kepentingan saudaranya. Dan inilah manusia – manusia yang Allah cintai, serta disifati oleh Nabi ‘alaihi ash shalatu was salaam dengan orang yang paling baik. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sebaik – baik manusia ialah yag paling bermanfaat untuk orang lain.” [HR. Ath Thabarani, hasan, dlm kitab Shahihul Jami’, no. 3289]


Dan sifat yang demikian inilah yang dinamakan dengan al itsar. Secara definitive al itsar adalah melebihkan orang lain atas dirinya sendiri atau mendahulukan kepentingan orang lain dari pada kepentingannya sendiri. Akan tetapi tidaklah semua urusan harus kita dahulukan orang lain… dalam urusan dien / agama, tentu diri sendiri harus lebih didahulukan untuk melaksanakannya. Sebagaimana yang Allah perintahkan untuk berfastabiqul khairat [QS. Al Baqarah: 148]

Untuk sifat itsar ini, telah ada contoh yang baik dari orang – orang Anshar yang Allah abadikan dalam alquran:

Dan orang-orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) ‘mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung” [QS. Al Hasyr: 9]

Demikianlah sifat orang – orang Anshar yang begitu memprioritaskan kaum muhajirin dalam urusan dunia mereka. Mereka memberikan harta yang mereka miliki untuk diberikan kepada kaum muhajirin, bahkan tak jarang memberikan salah satu di antara istri – istri mereka agar dinikahi oleh kaum muhajirin. Sama sekali tiada Nampak sifat bakhil pada diri orang – orang Anshar.

Telah datang kepada kita sebuah berita yang disampaikan oleh Abu hurairah –radliyallahu’anhu-
Ada seorang laki – laki yang dating kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata,” Sungguh Ya Rasul, saya sedang ditimpa kesulitan hidup.” Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menuju kepada istri – istri beliau, namun beliau tidak mendapatidari mereka sesuatu yang bias diberikan kepada orang tadi. 

Maka Rasulullah berkata kepada para sahabatnya,” Siapa yang bisa menjamu orang ini, pada malam hari ini…?” Dan berkatalah salah seorang Anshar di antara mereka,” Saya, wahai Rasulullah.

Kemudian orang Anshar tersebut dating kepada istrinya dan berkata,” Ini tamu Rasulullah. Janganlah kamu menyimpan sesuatu yang sekiranya itu bias disuguhkan kepadanya.” Kemudian istrinya mengatakan,” Demi Allah, tidak ada padaku kecuali makanan untuk anak – anak.” Lantas suaminya berkata,” Bila anak – anak ingin makan, maka tidurkanlah mereka dan kemarilah kamu membawa hidangan lalu matikanlah lampu ini.Tidak mengapa mala mini kita berlapar – lapar dahulu.” Istri orang Anshar ini menjalankan apa yang diperintah suaminya…

Pada keesokan harinya, orang Anshar itu pergi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda,” Sungguh Allah ta’ala kagum pada fulan ini dan istrinya. Dengannya, Allah berfirman:
“…dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…” [QS. Al Hasyr: 9] [diambil dari Kitab Shahih Al Bukhari, no. 4889]

Dalam perkara itsar ini, Asy Syaikh Muhammad Ibnu Shalih al ‘Utsaimin menjelaskan:

Berlomba – lomba dalam memprioritaskan orang lain daripada diri sendiri hanya mencakup pada semua urusan duniawi saja, sedangkan untuk urusan akhirat / ukhrawi ini tidaklah diperbolehkan. Karena Allah memerintahkan hamba-Nya untuk berlomba – lomba dalam melakukan kebaikan. Pun juga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang muttafaqun ‘alaihi juga menjelaskan,” Seandainya manusia mengetahui apa yang ada pada adzan dan shaf pertama (dari pahalanya) kemudian mereka tidak bias mendatanginya melainkan dengan berundi, maka tentu mereka akan berundi (untuk mendapatkannya).”

Oleh karena itu, melebihkan orang lain terhadap diri sendiri terbagi dalam tiga macam:

1.      DILARANG. Hal ini misalnya anda mengutamakan orang lain pada urusan yang syari’at mewajibkan atas anda. Misalkan anda dan teman anda dalam keadaan batal wudhu’nya, sedangkan anda memiliki air yang hanya cukup untuk dibuat berwudhu’ satu orang. Bila anda berikan air itu kepada teman anda, maka anda tidak punya air untuk berwudhu dan terpaksa tayammum. Dalam perkara ini, maka hukumnya haram, karena akan berakibat gugurnya beban syariat yang diberikan kepada anda.

2.      MAKRUH. Melebihkan orang lain dalam perkara sunnah. Misalnya anda mampu berdiri di shaf pertama dalam shalat, namun anda justru mempersilahkan orang lain untuk menempatinya. Hal ini makruh karena menandakan anda kurang bersemangat terhadap kebaikan.

3.      BOLEH BAHKAN TERKADANG DIANJURKAN. Yaitu melebihkan orang lain dalam perkara yang bukan ibadah. Seperti anda memberikan makanan kepada orang lain yang sedang lapar, padahal anda sendiri lapar, maka perbuatan ini adalah terpuji.
[dikutip dari Makarim al Akhlaq hlm. 54 – 55 oleh Imam Ibnu ‘Utsaimin]

Semoga yang sedikit ini bias bermanfaat untuk kita. Amiiin, ya rabbal ‘alamiin…

Ditulis Didit Fitriawan di malam 2 Muharram 1432 H di Sidoarjo
http://fitrahfitri.wordpress.com/2010/12/08/tahukah-engkau-apa-itu-itsar%E2%80%A6/#more-1495

No comments:

Post a Comment