Kerinduan masyarakat terhadap pemimpin adil sama dengan kerinduan
mereka terhadap tanah lapang yang hijau dan sejuk. Tempat mata meraih
keindahannya. Tempat nafas menarik dalam kesejukannya. Tempat hati
melepas kepenatannya. Atau bahkan lebih dari itu semua.
Apalagi hari ini. Ketika pencarian masyarakat terbentur tembok
keputusasaan. Dicerminkan pada sikap apatis terhadap semua bentuk
pemilihan pemimpin. Karena mereka telah kecewa. Harapan yang muncul
seperti tunas yang baru tumbuh, dihantam oleh badai dusta. Tak tersisa.
Kemunculan pemimpin adil ini harus diusahakan terus. Dicari di tumpukan jerami, walau hanya sekecil jarum.
Siapapun yang akan muncul menjadi pemimpin adil, apalagi di tengah
kumuhnya sistim dan kepemimpinan, tulisan ini memberikan rambu sejarah
yang akan terulang di sepanjang sejarah.
Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali) adalah contoh para pemimpin teradil di muka bumi ini, setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Merekalah para pemimpin yang disebut oleh Nabi sebagai pemimpin yang
mendapatkan bimbingan Allah. Pemimpin yang menerapkan syariat Islam
dengan utuh dan adil terhadap rakyatnya. Keadilannya, tidak pernah
dijumpai dalam sejarah hidup pemimpin manapun di muka bumi ini.
Tetapi mereka semua meninggal dengan cara yang tragis!
Inilah kematian mereka satu per satu dalam rekaman sejarah Islam.
Setelah mereka mempersembahkan kepemimpinan yang membuat langit memuji
mereka.
Abu Bakar Diracun oleh Yahudi?
Para ulama berbeda pendapat tentang penyebab kematian Abu Bakar. Ada
yang berpendapat bahwa sebab kematian Abu Bakar adalah sakit yang
disebabkan oleh karena beliau mandi pada cuaca yang sangat dingin.
Tetapi ada yang berpendapat bahwa Abu Bakar meninggal karena diracun
oleh Yahudi setahun sebelum wafatnya. Sebagaimana yang bisa kita baca
dalam kitab tarikh al-Khulafa’ (1/74, MS) karangan Imam as-Suyuthi dan
tarikh ath-Thabari.
As-Suyuthi berkata, “Ibnu Sa’ad dan al-Hakim meriwayatkan dengan
sanad shahih dari Ibnu Syihab bahwa Abu Bakar dan al-Harits bin Kildah
makan makanan yang dihadiahkan kepada Abu Bakar. al-Harits berkata:
Angkat tanganmu wahai khalifah Rasulillah. Demi Allah di makanan ini ada
racun yang membunuh dalam setahun. Saya dan Anda akan mati pada satu
hari yang sama.
Abu Bakar berhenti memakannya. Keduanya terus sakit hingga meninggal
pada satu hari yang sama dengan berakhirnya hitungan satu tahun.”
Untuk menguatkan riwayat ini, as-Suyuthi menukil pernyataan ulama
ternama asy-Sya’bi. As-Suyuthi berkata: Al-Hakim meriwayatkan dari
Sya’bi, dia berkata, “Apa yang kita harapkan dari dunia yang hina ini.
Telah diracun Rasulullah, demikian pula Abu Bakar.”
Setelah itu, as-Suyuthi menyebutkan pendapat kedua. Di mana al-Waqidi
dan al-Hakim meriwayatkan dari Aisyah yang berkata, “Permulaan sakitnya
Abu Bakar yaitu dia mandi pada Hari Senin 7 Jumadil Akhir. Saat itu
cuaca sangat dingin. Hal itu menyebabkannya demam selama 15 hari.
Sehingga tidak bisa keluar untuk shalat. Dan wafat pada malam Selasa 8
malam yang terakhir di Bulan Jumadil Akhir tahun 13 dalam usia 63
tahun.”
Para ulama sejarah memperbincangkan kedua penyebab ini. Masing-masing
mencoba mengambil yang dianggapnya lebih kuat. Atau seperti as-Suyuthi
yang menyebutkan kedua pendapat sekaligus.
Jika kita mengambil pendapat pertama yaitu sebab diracun, maka ini
semakin menambah panjang daftar kematian pemimpin adil dengan cara
mengenaskan. Kalau kita mengambil pendapat yang kedua yaitu sebab sakit,
maka seakan sejarah Abu Bakar ingin mengatakan bahwa hanya dia dari 4
khulafaur rasyidin yang meninggal karena sakit. Tetapi 3 pemimpin adil
lainnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara yang tragis.
Umar Ditikam oleh Majusi
Pagi itu bukan hanya Umar yang ditusuk oleh Abu Lu’luah. Tetapi ada
13 orang lainnya. Dari mereka, 7 meninggal. Penusukan yang telah
ditargetkan oleh Abu Lu’luah yang beragama majusi berdasarkan dendam
terhadap Umar dan juga muslimin.
DR. Ali Muhammad ash-Shalabi mengatakan bahwa bukti kuat kalau Abu
Lu’luah bukan hanya memiliki dendam pribadi kepada Umar tetapi juga
kepada muslimin adalah dia menusuk 13 muslimin yang sedang berjamaah
Shalat Shubuh. “Kalaulah benar Umar telah berbuat dzalim kepadanya,
tetapi apa dosa para shahabat yang dia tusuk. Dan aku berlindung kepada
Allah menyebut Umar sebagai orang dzalim,” begitu Ali ash-Shalabi
menjelaskan (Umar bin Khattab h. 644)
Abu Lu’luah adalah budaknya Mughirah bin Syu’bah. Di mana dia digaji
setiap harinya 4 Dirham dengan kemampuannya sebagai seorang pembuat alat
penggiling.
Sejarah menyebutkan bahwa dendam pribadi Abu Lu’luah ketika dia
kecewa dengan keputusan Umar yang dirasa tidak adil saat dia mengadukan
tuannya Mughirah. “Semua merasakan keadilannya (Umar), kecuali saya,”
kata Abu Lu’luah.
Suatu saat Umar berkata, “Saya diancam oleh seorang budak.” Kalimat
diucapkan setelah Abu Lu’luah berbicara kepada Umar, “Saya akan buatkan
‘alat penggilingan untukmu yang akan menjadi pembicaraan manusia.”
Maka, dia membuat senjata khusus untuk membunuh Umar. Sebuah pisau
berkepala dua dengan pegangan di tengahnya yang telah dibubuhi racun.
Umar mendapatkan 6 tusukan, salah satunya di bawah pusarnya.
Menjelang kematiannya, Umar diberitahu bahwa yang menusuknya adalah
seorang majusi yang bernama Abu Lu’luah. Umar pun berkata, “Segala puji
bagi Allah yang tidak menjadikan kematianku di tangan seorang yang
mengaku muslim.”
Utsman Dibantai oleh Para Pemberontak
6 tahun pertama pemerintahan Utsman adalah pemerintahan yang begitu
menyenangkan dan menentramkan seluruh manusia. Utsman yang lembut
bertemu dengan kelanjutan kebijakan adil zaman Umar merupakan penyebab
kenyamanan itu.
6 tahun kedua pemerintahannya, adalah merupakan tahun-tahun sulit
penuh fitnah. Bahkan fitnah itu melebar hingga ke zaman kita dan sungguh
tidak mudah diurai oleh masyarakat awam.
DR. Ali Muhammad ash-Shalabi (Utsman ibn Affan h. 146, MS) menukil
dari ath-Thabari dalam Tarikh al-Umam w al-Muluk dan Ibnu al-Atsir dalam
al-Kamil fi al-Tarikh keberadaan penggerak di balik layar fitnah yang
ditujukan kepada Utsman. Orang itu adalah Abdullah bin Saba’, seorang
yahudi dari Yaman yang berkeliling kota-kota Islam dari Hijaz, Bashrah,
Kufah dan Syam untuk menyebarkan fitnah seputar Utsman. Tetapi dia gagal
total. Hingga saat dia pergi ke Mesir, di sanalah fitnah itu
mendapatkan pendukungnya. Dan menyebarlah fitnah itu…
Kelembutan Utsman, membuat fitnah begitu mudah merajalela tanpa
penghalang berarti. Berbagai tuduhan menggelinding liar di kota-kota
utama muslimin saat itu. Hingga para pemberontak itu pun menuju kota
Madinah untuk menurunkan Utsman dari jabatannya. Ratusan orang berangkat
ke Madinah dan mengepung rumah Utsman. Sekitar 40 hari Utman dikepung,
dimulai dari bulan Syawwal 35 H. Hingga air pun mereka halangi untuk
masuk ke rumah Utsman. Berbagai upaya para shahabat dan anak-anak mereka
untuk melindungi Utsman tidak berdaya di hadapan tidak kurang dari 600
orang itu.
Hingga pada Waktu Ashar di Hari Jum’at 8 Dzulhijjah 35 H, para
pemberontak itu berhasi l masuk ke dalam rumah Utsman melalui pintu
lain. Kening Utsman ditusuk, bagian bawah telinganya ditusuk hingga
masuk ke kerongkongan, kemudian pedang diayunkan untuk menebas utsman,
robohlah Utsman dan melompatlah Amr bin Hamaq menindih dada Utsman
dengan menghunjamkan 9 tusukan.
Utsman pun syahid, persis seperti yang pernah disampaikan oleh Rasul
saat beliau masih hidup. Mushaf yang sedang dibacanya, menjadi saksi
bisu akan kebiadaban para pembunuh itu. Darah mengalir di atas Surat
al-Baqarah yang sedang dibukanya.
Tak cukup hanya membunuh Utsman, mereka pun merampok harta yang ada di rumah Utsman. Perilaku sangat biadab.
Para shahabat terkejut. Ali bin Abi Thalib marah. Hingga dia
mendatangi kedua putranya Hasan dan menamparnya, juga Husain dan memukul
dadanya, “Bagaimana Amirul Mukminin bisa terbunuh, padahal kalian
menjaga pintunya?”
Ali mendatangi rumah Utsman. Para pemberontak itu ingin membaiat Ali.
Tapi Ali dengan marah berkata, “Demi Allah, saya malu membaiat
orang-orang yang telah membunuh Utsman. Dan saya malu kepada Allah,
dibaiat sementara Utsman belum dikubur.”
Mereka yang menghalalkan darah Utsman dinyatakan oleh para ulama
sebagai kafir. Sementara yang tidak menghalalkan tetapi ikut berperan
serta dalam kematian Utsman dinyatakan sebagai fasik (Utsman ibn Affan,
ash-Shalabi, h. 186, MS). Sumber fitnah adalah Yahudi yang menyelusup ke
dunia Islam untuk mengacaukan ketentraman dan kemakmuran muslimin serta
kemajuan Islam.
Ali Dibunuh Orang Khawarij
Kelompok khawarij adalah sekte sesat di tubuh muslimin yang merasa
benar dan dekat dengan Allah serta mengkafirkan muslimin lainnya yang
tidak sepaham dengan mereka, hingga para shahabat seperti Ali sekalipun.
Kelompok ini telah diingatkan oleh Nabi saat beliau masih hidup.
Pemahaman yang dangkal yang berbalut semangat adalah penyebabnya. Secara
dzahir, mereka sangat meyakinkan sebagai seorang muslim dengan
ibadah-ibadah yang mereka lakukan. Tetapi mereka adalah kelompok sesat.
Zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib, kelompok ini diperlakukan dengan
sangat bijak oleh Ali. Dialog ilmiah dibangun dengan sangat baik oleh
Ali, hingga keputusan yang sangat ilmiah dan tidak terbawa emosi. Tetapi
saat mereka menumpahkan darah, meneror masyarakat muslim dan merampok,
terpaksa Ali sebagai pemimpin negara harus melakukan perlawanan. Perang
Nahrawan pun meletus antara Ali dan kaum khawarij.
Sesungguhnya saat Ali mengetahui kaum khawarij telah melakukan teror,
dia tidak langsung memerangi tetapi meminta agar mereka menyerahkan
para pembunuh untuk dihukum. Tetapi mereka justru berkata: kami semua
pembunuhnya. Maka Ali pun membawa pasukan yang semula hendak dibawa ke
Syam, untuk memerangi kaum Khawarij di Nahrawan pada Bulan Muharram 38
H.
Perang Nahrawan, benar-benar meninggalkan luka yang sangat dalam di
hati orang-orang khawarij. Dari seribu pasukan yang mereka miliki, tidak
ada yang tersisa kecuali hanya sekitar 10 orang yang lari dari medan
perang. Sementara dari pihak Ali korbannya sekitar 12 orang. (Lihat: Ali
ibn Abi Thalib, ash-Shalabi, 2/351-356, MS)
Dendam kaum khawarij tidak mati. Pertemuan rahasia antara 3 orang
khawarij (Abdurahman bin Muljam, Burak bin Abdillah, Amr bin Bakr
at-Taimi) membicarakan keadaan negara dan balas dendam mereka atas
kematian teman-teman mereka di perang Nahrawan. Mereka sepakat untuk
membunuh orang-orang yang mereka anggap sebagai pemimpin kafir;
Abdurahman bin Muljam akan membunuh Ali bin Abi Thalib, Burak akan
membunuh Muawiyah dan Amr bin Bakr akan membunuh Amr bin Ash.
Pada Hari Jum’at Shubuh di Bulan Ramadhan 40 H, Abdurahman bin Muljam
beserta teman-temannya yang telah bersembunyi semalaman mencoba
membunuh Ali.
Pedang Abdurahman bin Muljam meninggalkan luka sangat serius di
kepala Ali. Kepala kedokteran Atsir bin Amr as-Sukuni menyatakan bahwa
lukanya sudah tidak mungkin diobati dan akan menyebabkan kematian. Ali
hanya bertahan 3 hari setelah terluka itu dan kemudian meninggal pada
tanggal 21 Ramadhan 40 H. (Lihat: Ali ibn Abi Thalib, ash-Shalabi,
3/188-194, MS)
Umar bin Abdul Aziz Diracun oleh Lawan Politiknya
Umar bin Abdul Aziz yang mengagumkan. Kepemimpinan dan karya
peradabannya belum pernah ada yang bisa menyainginya. Hanya dalam 29
bulan, negeri menjadi makmur, sejahtera dan keadilan ditegakkan. Setelah
kemiskinan merajalela, pesta pora penguasa dan kedzaliman selalu
menimpa rakyat jelata.
Semua rakyat senang. Negeri muslim yang sangat besar ketika itu sangat berbahagia di bawah pemimpin adil Umar bin Abdul Aziz.
Tetapi ada yang tidak senang. Ada yang marah. Mereka adalah para
mantan pejabat sebelum Umar bin Abdul Aziz menjabat. Mereka dulu
menikmati dunia dan harta kemewahan dengan luar biasa di atas air mata
dan darah rakyat.
Di zaman Umar bin Abdul Aziz, para pejabat Bani Umayyah itu
benar-benar mati kutu. Tidak bisa berkutik. Mereka harus mengembalikan
semua harta, tanah dan kedzaliman yang selama ini mereka lakukan
terhadap rakyat.
As-Suyuthi (Tarikh khulafa’ 1/215, MS) dan Ali ash-Shalabi (Umar ibn
Abdil Aziz, 4/198, MS) menyebutkan bahwa penyebab kematian Umar bin
Abdul Aziz adalah diracun oleh para mantan pejabat Bani Umayyah.
Imam Mujahid berkata: Umar bin Abdul Aziz bertanya kepada saya: Apa pendapat masyarakat tentang keadaan saya sekarang?
Mujahid: Mereka berkata bahwa Anda terkena sihir.
Umar: Saya tidak terkena sihir. Tetapi saya sungguh tahu kapan saya diracun.
Umar kemudian memanggil seorang pembantunya (seorang budak) dan
berkata kepadanya: Celakalah dirimu, mengapa kamu memberiku racun?
Pembantu itu berkata: Seribu dinar dan dibebaskan dari perbudakan.
Umar: Berikan ke saya uangnya.
Pembantu itu memberikan uang dan Umar bin Abdul Aziz menyerahkannya
ke baitul mal. Dan Umar berkata kepada pembantunya: Pergilah ke tempat
yang tidak dilihat seseorang.
Bahkan Rasul SAW pun Diracun oleh Yahudi…
Nabi SAW sendiri yang menyampaikan kepada Ummul Mukminin Aisyah
tentang penyebab sakitnya, “Wahai Aisyah, aku masih merasakan sakitnya
makanan yang aku makan di Khaibar. Dan sekarang aku rasakan putusnya
urat nadiku karena racun tersebut.” (ar-Rahiq al-Makhtum, h. 465, MS)
Racun yang dimaksud Nabi SAW adalah racun pada daging kambing yang
dibubuhkan oleh Zainab binti al-Harits, istri salah seorang tokoh Yahudi
Sallam bin Misykam. “Kalau kamu Nabi, maka kamu pasti tidak akan
terkena racun itu, tetapi kalau kamu raja maka saya telah membuat
istirahat masyarakat (dengan kematianmu),” begitu jawaban wanita yahudi
itu ketika ditanya Nabi mengapa ia meracuni Nabi. (Sulwah al-Katsib, Ibn
Nashiruddin ad-Dimasyqi, h. 11, MS)
Peristiwa tersebut terjadi di Khaibar setelah muslimin berhasil
menaklukkan kota terakhir Yahudi di Jazirah Arab tersebut tahun 7 H.
Dicari Pemimpin Adil yang Berani Mati..!
Abu Bakar dalam sebuah riwayat meninggal karena diracun oleh
yahudi.Umar bin Khattab meninggal karena ditusuk oleh Majusi.Utsman bin
Affan meninggal dibantai oleh orang kafir dan muslim fasik.Ali bin Abi
Thalib meninggal dengan pedang tokoh kelompok sesat khawarij.Umar bin
Abdul Aziz meninggal diracun oleh para pejabat lama yang
marah.Dan,Rasulullah SAW meninggal karena sakit yang disebabkan oleh
racun yahudi
Pesan sejarah sangat kuat bagi para pemimpin yang adil. Memang kematian
tidak boleh diharapkan, ia akan datang pada saatnya tiba. Kematian
adalah rahasia Allah. Tetapi para pemimpin adil dalam sejarah Islam,
mati dengan semua cara tragis di atas. Bahkan pimpinan mereka semua,
Rasulullah sang pemimpin agung pun mati dengan cara yang juga mirip.
Pantas! Jika pemimpin adil dijanjikan Allah perlindungan di akhirat
dan Surga. Karena pemimpin adil artinya berhadapan dengan semua bentuk
kedzaliman dan kejahatan yang bisa jadi telah dilakukan secara kolektif
bahkan sistemik. Tentu nyawa bisa dipertaruhkan untuk mendobrak
kedzaliman yang sedemikian besarnya.
Bagi para pemimpin yang mau menegakkan keadilan, tidak usah memilih
cara matinya. Tetapi persiapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi
kematian mulia itu. Walau terlihat tragis.
Sedang dicari, pemimpin yang berani mati dalam menegakkan keadilan! (Red)
http://www.eramuslim.com/editorial/dunia-mencari-pemimpin-yang-benar-adil-dan-berani-mati.htm#.UfriwT7SzmQ
No comments:
Post a Comment